Rabu, 01 April 2009

Jatuhnya Sang Marketing Director


Sudah berapa kali Handi mendapat peringatan dari orang tuanya, agar jangan terlalu mengambil resiko dalam bertransaksi dengan para pelanggannya. Sering sekali hingga hampir menangis sang Ibu yang sangat lembut itu mengingatkan anak kesayangannya, Handi agar menjauhi perbuatan tercela selama bermuamalah dengan orang banyak.

Kamu jaga hablum minallahnya seitap saat, dan jaga juga hablum minannaas. Demikian si Ibu tua yang sudah beruban namun tetap tegar dan perkasa dalam kesehariannya menjalankan tugas sebagai seorang ibu. Kalau dulu semasa mudanya ia telah berkeja keras buat anakanaknya, maka kini dia tidak berhenti bekerja tanpa seorang pembantupun demi cucu-nya yang terkadang datang ke rumahnya yang mungil di bilangan Kota Bekasi.

Handi membuka usaha bisnis percetakan. Dan saat pemilu inilah dia kebanjiran order pembuatan atribut kampanye politik. Tak tanggung-tanggung kadang ia mendapat order. Namun karena terlalu banyaknya job order yang dia tangani, ia jadi stress dikejar oleh bebean kerjanya sendiri. Handi "mabok" angka dan kini ia terhuyung beban tagihan kerja. Belum lagi banyak kesalahan perhitungan dan kalkulasi produksi. Makin terpuruklah Handi ke dalam kesulitan.

Syukurnya ia selalu bernampilan tenang dalam menghadapi segala situasi sesulit apapun. Namun nahas baginya saat ia berurusan dengan caleg yang masih duduk di kursi dewan. Dan jauh-jauh hari Handi tahu kalau sang caleg adalah orang yang sangat berpengaruh baik di partai maupun di lingkungannya. Tapi Handi justru mengenyampingkan itu semua. Inilah keteledoran dan kebodohannya. Nyaris saja ia membayar mahal kesalahannya itu.

Saat ada satu pekerjaan, yakni job order pembuatan kalender kampanye yang dia tunda-tunda pembuatannya, Handi membuat marah sang pemberi order. Sebenarnya sang caleg pemberi order sudah cukup bersabar memberi peluang buat dirinya. Namun karena kebodohan dan terlalu sibuknya dia membuat jadwal pekerjaan, akhirnya pekerjaan itu terlupakaan. Dan inilah yang menjadi kealahan fatal Handi. Namun begitu dia merasa sedikit salah sekalipun dia berkeinginan membela diri.

"Halah, tetap saja kamu tidak amanah mas Handi!" bentak adiknya saat mereka mendiskusikan masalah itu. Karena Handi telah memakai uang dari job sang caleg DPR RI untuk pekerjaan cetakan lain. Hanmdi pun nanar matanya memandang ke langit-langit.

"Habis saya harus bagaimana lagi, dek?"

"Yah tunggu aja mata pencarian Mas!"

Dan Handi pun bergidik ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi kepada dirinya, bila tidak segera mengganti uang cetakan tersebut. Bisa saja kalau orang itu marah, maka nyawa taruhannya... Huaduh?

(tulisan ini bersambung)